Minggu, 22 Februari 2015

Lima Prediksi Bisnis dan Teknologi 2015


Menyambut tahun 2015, para pemimpin teknologi informasi maupun bisnis yakin bahwa era business-defined IT sudah di depan mata. Meski tahun ini belum berakhir, titik temu antara bisnis dan teknologi informasi terlihat kian padu. Chief Technology Officer, Hitachi Data Systems (HDS) Asia Pasifik, Adrian De Luca memprediksi lima tren teknologi yang akan terjadi di era business-defined IT.
“Inilah waktunya TI merangkul platform ketiga yang dibangun di atas perangkat mobile, layanan cloud, jaringan sosial, dan big data analytics,” saran Adrian De Luca. Mau tak mau, para Chief Information Officer (CIO) harus merespon tren tersebut. Peran CIO tidak lagi sebatas pengembang teknologi yang memfokuskan diri pada infrastruktur data center. Para pemimpin TI di perusahaan akan berperan sebagai arsitek, sekaligus broker layanan bisnis.
Economist Intelligence Unit (EIU) baru-baru ini merilis sebuah hasil survei tentang perubahan peran para CIO di kawasan Asia Pasifik. Survei bertajuk “The Future for CIOs: Which Way Is Up?” tersebut menemukan bahwa 9 dari 10 (89%) responden yakin bahwa CIO menjalankan peran strategis yang lebih dari sekadar mengelola fungsi TI. Bahkan 66% responden yakin bahwa CIO adalah kandidat yang tepat untuk menggantikan seorang CEO.
Nah, tak ada salahnya jika para pemimpin TI di Asia Pasifik mulai memerhatikan tren yang akan mengubah lanskap TI, dan memutuskan di mana mereka harus melakukan transformasi. Menurut Adrian De Luca, the winners of tommorrow’s economy are those who are transforming today. Mereka yang unggul dalam perekonomian masa depan adalah mereka yang bertransformasi hari ini.
1. Inisiatif Smart City mendorong investasi untuk Internet of Things.
Asia Pasifik adalah salah satu kawasan terbesar dan bertumbuh pesat. Namun kelangkaan infrastrukutur, kota-kota terpadat, konsumsi energ terbesar, rute transportasi tersibuk, bencana alam, dan perubahan iklim pun ada d sini. Sejumlah pemerintahan negara di kawasan Asia Pasifik berkomitmen menggelar inisiatif smart city untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut. Peluang implementasi Internet of Things dan interaksi Machine to Machine pun terbuka lebar.
“Smart City akan membutuhkan komputasi, jaringan, infrastruktur storage dan arsitektur software baru dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dioptimalkan untuk menangani semakin meningkatnya volume, kecepatan dan berbagai jenis data,” kata De Luca.
2. Industri yang kompetitif akan meningkatkan inisiatif big data demi meraih keunggulan kompetitf.
Penerapan big data di kawasan Asia Pasifik masih terbilang lebih rendah jika dibandingkan dengan kawasan lain. Namun perusahaan yang berada di tengah industri yang sangat kompetitif melihat big data bukan hanya sebagai inisiatif tetapi suatu keharusan (imperative). Misalnya, dunia perbankan dan jasa keuangan lainnya telah memanfaatkan analisis mendalam terhadap data yang dimilikinya untuk menilai risiko peminjam, mendeteksi churn, dan mengidentifikasi cross-selling atau peluang upselling berdasarkan perilaku belanja.
Menurut survei “The Future for CIOs: Which Way Is Up?” yang disponsori HDS, 10% dari perusahaan di Asia Pasifik telah berinvestasi pada data analytics dalam 12 bulan terakhir, dan investasi ini akan meningkat menjadi 12% di tahun mendatang.
Generasi selanjutnya dari solusi big data analytics tidak hanya akan membutuhkan platform infrastruktur baru untuk menyimpan dan mengelola kumpulan data yang luas, tetapi juga kemampuan menganalisa data secara real-time. Untuk melakukan hal ini, infrastruktur scale-out dengan mesin yang mampu ‘belajar’, software konteks bisnis harus terintegrasi dengan erat untuk memungkinkan penggelaran cepat dan dapat diprediksi dan untuk memastikan operasi yang optimal.
3. Platform hybrid cloud akan lebih disukai organisasi/korporasi dalam hal penyebaran aplikasi enterprise.
Platform cloud telah mencapai tahap yang matang, sementara para vendor maupun penyedia layanan cloud di kawasan Asia Pasifik sengit berkompetisi. Inilah saatnya bagi organisasi untuk menempatkan aplikasi inti (core applications) di awan privat dan publik. Solusi yang mengintegrasikan dua platform cloud tersebut untuk memperoleh pengalaman hybrid cloud yang tanpa halangan akan membantu organisasi mencapai keselarasan biaya yang lebih baik, dan memenuhi kebutuhan akan privasi dan kepatuhan.
CIO yang cerdas mengambil inisiatif untuk memindahkan aplikasi enterprise dan mission-critical ke private cloud dan pada saat yang sama mencoba public cloud untuk beban-kerja internal sementara dan juga aplikasi web bagi pelanggan. Namun, perlu diingat bahwa bagaimana pun juga public cloud sifatnya adalah “cloud yang tidak teratur”.
“Hal ini telah menyebabkan kekhawatiran mengenai apakah bisnis akan dapat melacak sumber daya dan pengeluaran secara efektif. Hybrid cloud dapat membantu mengatasi masalah ini dengan menyederhanakan interaksi antara public dan private cloud, dan memungkinkan manajemen yang lebih baik dan kontrol,” kata De Luca.
Survei oleh EIU dan HDS mengungkapkan bahwa 10% dari perusahaan di Asia Pasifik telah berinvestasi pada cloud computing, meski investasinya belum tersebar merata di seluruh wilayah. Untuk tahun 2015, 13% dari perusahaan akan berinvestasi pada komputasi awan.
4. Menjamurnya pemanfaatan perangkat mobile akan mendorong kebutuhan akan infrastruktur yang bersifat data-driven.
Asia Pasifik tak diragukan adalah kawasan mobile terbesar di dunia, terutama dengan adanya 1,7 miliar pelanggan mobile di tahun 2013 atau sama dengan separuh jumlah pelanggan mobile di seluruh dunia. Dan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, diprediksi akan ada lebih dari 750 juta pelanggan baru.
Penggelaran layanan internet cepat berbasis 4G di kawasan ini akan meningkatkan pemanfaatan internet, membuka peluang usaha-usaha kecil meraih pelanggan yang lebih banyak, dan secara fundamental mengubah cara kita berinteraks.
Selama 5 tahun terakhir pula, organisasi TI dan penyedia layanan cloud telah berinvestasi pada teknologi storage object untuk melindungi dan melestarikan data untuk waktu yang cukup lama. Satu landasan penting di sini adalah data-driven storage yang memampukan perusahaan mengelola multi-tenancy, memperpanjang metadata yang dapat menghubungkan ke kumpulan data lain, dan melaksanakan deduplication dan kompresi data untuk membatasi pertumbuhan biaya.
Dengan data yang saat ini bergerak di atas berbagai platform cloud, kemampuan ini juga harus dibuat tersedia di luar pusat data. Perusahaan harus menemukan cara untuk mengaktifkan akses jarak jauh yang cerdas dan efisien ke aplikasi dan data, dan memampukan bagi pakai informasi melalui aneka perangkat cerdas, dengan tetap memastikan data sensitif terlindungi.
5. Teknologi semakin berimplikasi pada privasi perorangan, sehingga perusahaan harus lebih banyak berinvestasi untuk memenuhi aturan tentang compliance (kepatuhan).
Pemerintah di seluruh Asia Pasifik sedang memperkenalkan peraturan privasi baru atau memperbarui yang sudah ada. Walhasil, organisasi dan korporasi pun harus lebih banyak memerhatikan kebijakan privasi internal dan teknologi yang dapat membantu mereka untuk melakukan hal tersebut. Organisasi yang sukses bertransisi ke era baru di mana privasi terlindungi harus mensosialisasikan budaya kepatuhan kepada para karyawannya. Mereka juga harus berinvestasi cermat pada cara pengumpulan data dan audit.
“Bisnis hari ini harus ekstra waspada dalam melindungi informasi pelanggan penting karena mereka bergulat dengan pertumbuhan eksponensial dalam data terstruktur dan tidak terstruktur dalam organisasi,” kata De Luca.

Sumber: "http://www.infokomputer.com/2014/12/berita/berita-reguler/lima-prediksi-bisnis-dan-teknologi-2015/"

0 komentar:

Posting Komentar